Rintik Hujan dan Buku Tua dalam Sebuah Romansa Kehidupan

Rintik hujan, seakan menggelitik hati yang usang layaknya barang antik, yang selalu cantik, apabila dirawat oleh seorang bidadari cantik.

Rintik hujan, seakan membawa sejuk kota ini yang semakin lama semakin terpuruk oleh cuaca dan suhu yang buruk, yang tak jarang menimbulkan batuk-batuk layaknya seorang atuk-atuk yang sedang meringkuk sambil terbungkuk memikul beratnya mangkuk dan periuk.

Seolah mengingatkanku akan kejadian masa lalu yang bagiku hanyalah masalah lu yang selalu dipikirkan disetiap waktu.
Seakan menjadi lembaran baru, tertumpah didalam buku yang penuh akan deru dan debu yang dibaca si kutu buku.

Rintik hujan mengantarku pada kaleng cat tembok kosong yang sedang terpaku, menanti daku yang hendak membaca buku tua peninggalan ayahku di kala ia bujang dulu.

Buku usang yang beliau beli seharga seribu lima ratus di era orde baru dulu, yang terbit pada tanggal 28 oktober 1978, bertepatan dengan 50 tahun lahirnya sumpah pemuda.Seolah membakar semangat ini dengan api juang para pemuda di masa lampau.

Buku tua nan usang itu dibubuhi tandatangan ayahku, sebagai tanda bahwa buku tersebut ia yang beli.

Pikirku buku ini hanyalah buku biasa yang selalu dibeli ayah, namun ada hal yang menarik perhatianku, apakah itu?

Buku tersebut dibeli bertepatan pada hari ulang tahun ibuku (18 juni 1979), yang mana sebelum itu, ayah dan ibuku belum pernah sama sekali bersua.

Lalu, pada tanggal 9 agustus 1987 (8 tahun kemudian) ayah dan ibuku resmi menikah, namun aku kecewa, ketika tidak diundang mereka pada hari yang sangat berbahagia tersebut.

Apakah itu semua merupakan kebetulan?,kurasa tidak.

Pasti ada sebab-akibat mengapa ayah dan ibuku bisa bertemu dan berjodoh.

Mungkin ayahku belajar banyak hal dari buku ini, sehingga beliau dapat meningkatkan mutu hidupnya menjelang hari pernikahannya tiba.

Sehingga cocok apabila dipadukan oleh ibuku seorang wanita karier yang pernah bekerja sebagai resepsionis hotel dan merupakan tulang punggung keluarganya, semasa ia masih gadis.

Mungkin, masih banyak yang berpendapat bahwa orang yang mendapat sesuatu yang baik, karena ia selalu diiringi suatu nasib baik.

Bagiku, pendapat itu ialah perkara yang keliru semata, coba bayangkan, ketika anda memiliki suatu perusahaan dan anda seorang direktur utamanya.

Disuatu hari, anda mengijinkan bagian personalia untuk melakukan sebuah pengundian guna mendapatkan seorang pegawai baru.

What's next? Apa yang akan terjadi pada perusahaan tersebut? Jikalau dalam undian tersebut dari puluhan jumlah pelamar yang ada di undian, hanya ada satu pelamar saja yang memenuhi kriteria, sedangkan posisi yang akan di isi ialah lebih dari satu dan setiap posisi yang akan di isi tersebut, merupakan posisi yang strategis.

Saya tak akan menjawabnya, Sudah pasti anda berpikiran yang sama dengan yang saya pikirkan, apa yang akan terjadi pada perusahaan tersebut kedepannya.

Saya tak bermaksud berada diatas anda,
Saya hanya mengilhami slogan rakyat kuba saat dipimpin oleh presiden fidel castro, saat beliau berhasil mengurangi jumlah buta huruf dinegara kuba, yakni:

"Jika anda belum tahu, 'belajarlah'."
"Jika anda duluan tahu, 'mengajarlah'."

Saya berharap dan percaya,
Dan juga disertai tindakan yang nyata dari tulisan ini, karena jika pemikiran hanya di isi oleh harapan2 (wishful thinking),
Niscaya sebuah pemikiran2 tersebut tak akan membuahkan hasil.

"I have a dream" ujar martin luther king jr.
Saya punya tekad, agar setiap yang berada disekitar saya, agar tak lagi terimbas oleh penyakit "Excusitis."

Apakah itu? Excusitis ialah penyakit yang membuat orang selalu mencari suatu alasan, mengapa ia gagal dan seraya alasan2 tersebut seakan mengamini setiap kesalahan yang ia perbuat.

Sehingga ia jatuh dan hanya pasrah akan kejatuhannya, tanpa menilik lebih lanjut, apa dan faktor apa yang membuat ia bisa jatuh.
Dan...

Saya bertekad agar tak ada lagi kawan2 saya yang sedang duduk dibangku kuliah atau apapun itu namanya, ketika ia mendapat nilai yang dibawah standar kelulusan, yang berkata:

"yah mau gimana lagi, nasib saya ga baik."

Dan bertekad sambil berharap agar ia akan berkata:

"Oh iya, aku baru ingat, aku jatuh karena pikiranku sendiri, yang selama kegiatan perkuliahan itu berlangsung, diriku mencap beberapa matkul tertentu akan mendapatkan hasil yang buruk kedepannya.
dan ternyata, itulah sebabnya mengapa aku selalu mengamini sebuah alasan bahwa hidup seperti layaknya roda yang berputar."

Dan penuh percaya dan semangat yang baru, kawan diatas tersebut akan berkata:

"Aku percaya bahwa hidup layaknya sebuah roda yang berputar, namun aku lebih meyakini bahwa, roda tersebut ialah roda sepeda sirkus roda satu, yang apabila ia hendak jatuh, ia dapat diseimbangkan kembali oleh kemahiran si pengguna sepeda tersebut."

Siapakah pengguna sepeda yang mahir tersebut? Tanyakan pada diri kita masing2.

Comments

Popular posts from this blog

trik jitu mengurai kemacetan di simcity buildit tanpa biaya sepersen pun

macam, jenis atau bentuk penafsiran hukum (interpretasi hukum) beserta contoh

contoh kasus H.perdata internasional, berdasarkan fakta yang terjadi